Tindakan Mitigasi Bencana Alam Dilakukan
Mitigasi bencana adalah upaya mengurangi risiko bencana yang diharapkan dapat mengurangi akibat sebelum atau pun saat bencana terjadi.
Kejadian bencana atau darurat dapat muncul sewaktu-waktu, apalagi berbagai wilayah di Indonesia masuk dalam kategori rawan bencana. Besar kecilnya bencana tentu sulit diprediksi. Ketika bencana terjadi, masyarakat hanya mempunyai waktu yang singkat untuk mengevakuasi diri.
Langkah terbaik mengurangi risiko korban serta kerugian adalah mempersiapkan diri dengan mempunyai rencana manajemen darurat sebelum terjadi bencana. Oleh karena itu, penting untuk membekali diri dengan pengetahuan yang berkaitan dengan kondisi darurat, termasuk mitigasi bencana.
Daftar Isi:
- Apa itu mitigasi bencana?
- Seberapa penting mitigasi bencana?
- Bilamana tindakan mitigasi bencana dilakukan?
- Bagaimana tindakan mitigasi bencana dilakukan serta apa saja yang perlu dipersiapkan?
- Perbedaan mitigasi tiap-tiap bencana
- 1. Mitigasi Bencana Banjir
- 2. Mitigasi Bencana Tanah Longsor
- 3. Mitigasi Bencana Gempa
- 4. Mitigasi Bencana Tsunami
- 5. Mitigasi Bencana Gunung Meletus
Apa itu mitigasi bencana?
Pengertian mengenai mitigasi bencana tertuang dalam Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. PP tersebut menyebutkan bahwa mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Tindakan Mitigasi Bencana Alam dilakukan dalam mitigasi bencana diharapkan dapat mengurangi dampak serta risiko sebelum atau pun saat bencana terjadi. Mitigasi bencana dilakukan dengan pendekatan manajemen darurat mengenai segala bentuk risiko serta akibat sengaja maupun tidak disengaja, alamiah maupun non alamiah.
Seberapa penting mitigasi bencana?
Musibah, baik bencana alam maupun non-alam dapat terjadi di mana saja serta kapan saja, sehingga kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan. Seperti dilansir laman Tubuh Penanggulangan Musibah Wilayah (BPBD) Kabupaten Pacitan, tindakan siap siaga terhadap bencana diharapkan sanggup meminimalkan korban jiwa, korban luka, hingga kerusakan infrastruktur.
Sejumlah ahli bahkan menyebutkan bahwa tndakan mitigasi bencana alam dilakukan sama seperti investasi yang dapat meminimalisasi kerugian saat terjadi kondisi darurat. Selain itu, langkah-langkah yang terintegrasi dalam mitigasi bencana diharapkan dapat membantu wilayah terdampak kembali regular lebih cepat.
Bilamana tindakan mitigasi bencana dilakukan?
Mengutip dari laman BPBD Kabupaten Karanganyar, mitigasi bencana termasuk tahap pra-bencana dalam siklus manajemen bencana. Tindakan mitigasi bencana dilakukan sebaiknya jauh sebelum terjadi bencana. Apabila memungkinkan, mitigasi bencana dapat menjadi agenda rutin dalam periode tertentu.
Bagaimana tindakan mitigasi bencana dilakukan serta apa saja yang perlu dipersiapkan?
Tujuan mitigasi bencana adalah untuk memastikan respons cepat, terkoordinasi, serta efektif selama terjadi keadaan darurat. Buat dapat mencapai hal tersebut, ada sejumlah hal yang dipersiapkan dalam mitigasi bencana.
Menurut Hanjar Pencegahan serta Mitigasi terbitan Kementerian Pertahanan (Kemenhan), dari sisi pemerintah, persiapan mitigasi bencana berupa persiapan fisik serta non-fisik. Persiapan fisik berupa penataan ruang kawasan bencana serta penataan kode bangunan. Kemudian, persiapan non-fisik meliputi upaya:
- Memberikan pendidikan mengenai bencana alam.
- Menempatkan korban di tempat aman cocok dengan Deklarasi Hyogo 2005.
- Membentuk tim penanggulangan bencana.
- Memberikan penyuluhan-penyuluhan.
- Merelokasi korban secara bertahap.
Sementara dari sisi masyarakat, persiapan mengenai keadaan darurat meliputi upaya kesiapsiagaan seperti yang disebutkan oleh BNPB, meliputi:
- Mempunyai rencana darurat keluarga. Rencana ini meliputi analisis ancaman sekitar, bukti diri titik kumpul, nomor kontak penting, identifikasi titik aman, hingga mengetahui rute evakuasi.
- Mempersiapkan benda-beda yang dibutuhkan saat bencana dalam tas siaga bencana, yang berisi air, pakaian, uang, dokumen, serta sebagainya.
- Memantau kondisi wilayah sekitar melalui data yang diberikan berbagai media termasuk radio, televisi, media on-line, serta sumber resmi lainnya.
Perbedaan mitigasi tiap-tiap bencana
Terdapat perbedaan upaya mitigasi pada tiap-tiap bencana. Seperti yang dilansir dari laman BPBD Kabupaten Karanganyar, baik bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, hingga gunung meletus mempunyai upaya mitigasi yang berbeda-beda.
1. Mitigasi Bencana Banjir
Sebelum banjir, upaya yang dapat dilakukan meliputi:
- Menata wilayah aliran sungai;
- Membangun sistem pemantauan serta peringatan banjir;
- Tak membangun bangunan di bantaran sungai;
- Tak membuang sampah di sungai;
- Mengeruk dasar sungai;
- Melakukan penghijauan di hulu sungai.
Saat serta setelah banjir, upaya yang dapat dilakukan meliputi:
- Mematikan listrik;
- Mengungsi ke kawasan aman;
- Tak berjalan di dekat saluran air;
- Menghubungi instansi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana;
- Mempersiapkan air bersih untuk menghindari diare;
- Mewaspadai binatang berbisa serta peyebar penyakit;
- Mewaspadai banjir susulan.
2. Mitigasi Bencana Tanah Longsor
Mitigasi tanah longsor meliputi upaya:
- Menghindari bermukim di wilayah rawan longsor;
- Mengurangi tingkat keterjalan lereng;
- Membangun terasering dengan sistem drainase yang tepat;
- Melakukan penghijauan dengan menanam tanaman berakar dalam;
- Mendirikan bangunan dengan pondasi kuat;
- Menutup rekahan di atas lereng agar air tidak cepat masuk;
- Melakukan relokasi;
3. Mitigasi Bencana Gempa
Sebelum gempa, yang dapat dilakukan meliputi:
- Mendirikan bangunan yang tahan gempa
- Mengidentifikasi lokasi bangunan tempat tinggal
- Menempatkan perabotan rumah di tempat yang proporsional
- Menyiapkan peralatan bencana, termasuk makanan, P3K, perlengkapan penerangan, serta sebagainya.
- Memantau penggunaan listrik serta fuel
- Mencatat nomor telepon penting
- Mengenali jalur evakuasi
- Mengikuti simulasi kegiatan mitigasi bencana gempa
Saat serta setelah gempa, yang dapat dilakukan meliputi:
- Menghindari segala obyek serta bangunan yang kemungkinan roboh;
- Menyelamatkan diri ke tanah lapang;
- Memperhatikan tempat berdiri apabila terdapat retakan tanah;
- Turun dari kendaraan serta menjauhi pantai;
- Segera keluar dari bangunan saat gempa selesai;
- Menghindari penggunaan raise, gunakan tangga biasa;
- Memeriksa keadaan sekitar apakah ada yang terluka. Apabila ada lakukan pertolongan pertama;
- Mewaspadai adanya gempa susulan.
4. Mitigasi Bencana Tsunami
Mitigasi tsunami meliputi upaya:
- Menyelamatkan diri ke daratan tinggi segera terjadi gejala tsunami (gempa, air laut surut, serta muncul gelombang tinggi);
- Setelah tsunami surut, jangan kembali ke pantai untuk menghindari adanya gelombang susulan;
- Menghindari space tergenang serta rusak sampai ada data aman dari pihak berwenang;
- Jauhi reruntuhan di dalam air;
- Mengutamakan keselamatan diri bukan barang-barang.
5. Mitigasi Bencana Gunung Meletus
Sebelum terjadi gunung meletus, yang dapat dilakukan meliputi:
- Pemantauan serta penyelidikan aktivitas gunung berapi oleh lembaga resmi setempat;
- Pemerintah setempat melakukan sosialisasi mengenai tanggap bencana gunung meletus pada masyarakat sekitar;
- Melakukan serangkaian upaya tanggap darurat;
- Memetakan kawasan rawan terdampak bencana gunung meletus;
- Memetakan jalur evakuasi, pengungsian, serta pos penanggulangan bencana gunung meletus;
- Mempersiapkan kebutuhan dasar.
Saat serta setelah terjadi gunung meletus, yang dapat dilakukan meliputi:
- Menggunakan pakaian pelindung tubuh, termasuk baju lengan panjang, sepatu, topi, kacamata, serta masker.
- Menghindari penggunaan lensa kontak.
- Menutup wajah dengan dua tangan saat awan panas turun.
- Menghindari wilayah rawan bencana termasuk lereng, lembah, serta wilayah aliran lahan.
- Mewaspadai adanya bencana susulan.
- Menjauhi wilayah hujan abu.
- Kembali ke rumah saat keadaan dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang.
- Menghindari mengendarai kendaraan bermotor setelah terkena hujan abu karena dapat merusak mesin hingga menyebabkan terbakar.