Kliping

Greenhouse Marunda yang Diresmikan Jokowi, Hidup Segan Mati Tak Mau

Tampak depan Greenhouse di Rusun Marunda, Senin (26/3/2018).(KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Greenhouse Marunda yang Diresmikan Jokowi, Hidup Segan Mati Tak Mau", https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/27/06300081/greenhouse-marunda-yang-diresmikan-jokowi-hidup-segan-mati-tak-mau.  Penulis : Ardito Ramadhan Editor : Kurnia Sari Aziza
Tampak depan Greenhouse di Rusun Marunda, Senin (26/3/2018).(KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Greenhouse Marunda yang Diresmikan Jokowi, Hidup Segan Mati Tak Mau”, https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/27/06300081/greenhouse-marunda-yang-diresmikan-jokowi-hidup-segan-mati-tak-mau.
Penulis : Ardito Ramadhan
Editor : Kurnia Sari Aziza

JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala Unit Pengelola Rumah Susun Marunda, Jakarta Utara, Yasin Pasaribu mengakui jumlah warga yang memanfaatkan greenhouse atau rumah kaca di Rusun Marunda berkurang. Yasin menilai, faktor ekonomi membuat penghuni berpaling dari greenhouse yang dibangun pada 2014 itu. Ia mengatakan, produk pertanian dari greenhouse tersebut sulit bersaing di pasaran. “Hasil dari itu (greenhouse) juga memang jauh dari yang di pasaran, lebih mahal hasil greenhouse. Untuk pasar itu susah mendapatkan pembelinya, (harga) segitu, kan, seharusnya (dijual) di swalayan atau di mal,” kata Yasin saat dihubungi, Senin (26/3/2018). Baca juga: Greenhouse Rusun Marunda yang Dimodali Jokowi Rp 450 Juta Tak Terurus Akibatnya, keuntungan yang diperoleh para petani juga menurun. Jaring tipis yang menyelimuti greenhouse di Rusun Marunda tampak bolong di beberapa bagian.(KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D) Menurut Yasin, hal ini yang membuat mereka mulai meninggalkan greenhouse sebagai wadah bercocok tanam. Di samping itu, tanaman-tanaman yang ditanam secara hidroponik juga tidak sesuai kebutuhan warga sekitar. Baca juga: Bercocok Tanam dan Berbagi ala Petani Rusunawa Marunda Sebut saja, pokcay atau caisim yang namanya masih terdengar asing di telinga para penghuni rusun. “Selama ini kalau menanam juga bingung bibitnya dari mana. Begitu panen juga bingung mau dijual ke mana,” katanya. Bagian dalam greenhouse di Rusun Marunda yang ditumbuhi rumput liar.(KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D) Kini, penghuni Rusun Marunda memilih bercocok tanam di lahan-lahan yang tersedia di sekitar rusun. Jenis tumbuhan yang ditanam pun lebih ‘dekat’ dengan masyarakat seperti cabai, terong, dan tomat. Baca juga: Dulu Bisa Raup Rp 15 Juta Per Bulan, Pertanian di Rusun Marunda Kini Lesu Akibatnya, greenhouse itu seolah hidup segan mati tak mau di tengah keramaian rusun. Diresmikan Jokowi Greenhouse tersebut diresmikan Joko Widodo ketika ia menjabat Gubernur DKI Jakarta pada 2014 lalu. Dana pembangunan greenhouse itu pun disebut berasal dari kantung pribadi Jokowi. Setelah menggunakan greenhouse, Kelompok Tani Marunda Hijau Rusun Marunda dapat meraup Rp 500.000 per hari dari sayur yang mereka tanam di greenhouse. Bila ditotal, kelompok tani itu mendapatkan Rp 15 juta dalam sebulan pada 2014. Jokowi di rumah hidroponik Rusun Marunda, Senin (10/3/2014).(Kompas.com/ Fabian Januarius Kuado) Berdasarkan pantauan Kompas.com, kini rerumputan liar tampak memenuhi greenhouse. Deretan pipa paralon yang difungsikan sebagai wadah tanaman pun terlihat kosong. Sementara, jaring-jaring tipis yang menyelimuti greenhouse juga robek di beberapa bagian. Ernov, seorang petani yang ditemui Kompas.com mengatakan, greenhouse itu sudah tidak digunakan sejak Desember 2017.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Greenhouse Marunda yang Diresmikan Jokowi, Hidup Segan Mati Tak Mau”, https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/27/06300081/greenhouse-marunda-yang-diresmikan-jokowi-hidup-segan-mati-tak-mau.
Penulis : Ardito Ramadhan
Editor : Kurnia Sari Aziza

Artikel terkait

Back to top button