The Climate Leadership Program Workshop For A Better, Greener, Smarter Toward Resilient City. Jakarta, 28-30 Agustus 2017
DKI Jakarta sebagai salah satu kota di Indonesia tengah menghadapi tantangan yang cukup besar dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Perubahan iklim/Climate change merupakan suatu fenomena global yang memerlukan adanya tindakan/aksi nyata dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk mengatasinya. Sementara itu, DKI Jakarta turut memiliki masalah lainnya yang disebabkan karena adanya: degradasi kualitas lingkungan, perkembangan kota yang cepat dan dinamis, pertumbuhan jumlah penduduk dan penambahan jumlah pendatang. Untuk itu, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memiliki tuntutan mengembangkan Jakarta sebagai kota cerdas dan berketahanan. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota berketahanan dalam menghadapi bermacam permasalahan, diperlukan para pemimpin kota yang dapat berfikir holistik, inovatif, memiliki kemampuan/skil untuk dapat berkolaborasi dan bekerjasama dengan semua pihak.
Untuk itu, Pemprov.DKI Jakarta bersama dengan Dewan Riset Daerah (DRD)bekerjasama dengan UCLG ASPAC dan Citynet menyelenggarakan “The Climate Leadership Program Workshop For A Better, Greener, Smarter Toward Resilient City”. Lokakarya ini berlangsung selama 3 (tiga hari) dari tanggal 28-30 Agustus 2017, dengan hari pertama berlokasi di Balaikota DKI Jakarta, Gedung Blok G, JL. Merdeka Selatan dan hari ke-2 di Hotel Mercure Sabang. Hari ke-3 adalah untuk agenda kunjungan lapangan (Monas, RPTRA Kali Jodo dan Pelabuhan Sunda Kelapa).
Lokakarya ini dirancang khusus dengan berbagai pendekatan kepemimpinan seperti: Theory U, System and Design Thinking yang dapat memberikan pembelajaran untuk meningkatkan dan memperkuat kompetensi kepemimpinan dari para peserta lokakarya, serta membekali para peserta dengan kemampuan untuk dapat melakukan perubahan, transformasi dan inovasi untuk dapat mewujudkan the better, greener and smarter Jakarta.
Tujuan dari program climate leadership ini adalah untuk mengantisipasi risiko yang disebabkan karena perubahan iklim di masa depan serta menciptakan peluang membangun jaringan/networking antar peserta, menumbuhkan kepemimpinan yang mempunyai pemahaman akan pendekatan secara kolaboratif, sharing ide dan pengalaman.
Peserta Lokakarya berasal dari berbagai kota di Asia dan dari berbagai wilayah di Indonesia. Acara dihadiri oleh: (1) Perwakilan dari Negara/Kota Asia diluar Jakarta, yaitu: Walikota Yala City, Thailand; Perwakilan dari Pemerintah daerah India, New Delhi; Pemerintah daerah Nepal; Pemerintah daerah Phillipine (Tacloban City dan Cebu City); (ii) Peserta dari Jakarta, adalah: Kedeputian Gubernur TRLH; Dinas Lingkungan Hidup; Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman; PD PAL Jaya, (iii) Peserta dari Luar kota Jakarta, adalah: Walikota Salatiga; perwakilan Bappeda Sidoarjo; PD PAM Medan; pemerintah daerah Jambi, (iv) NGO: UCLG-ASPAC, Secretariat Citynet seoul, C40, Thamrin School of Climate Change, Urban and Regional Development Institute (URDI).
Day 1
Lokakarya di buka oleh ketua DRD DKI Jakarta, Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup turut memberikan sambutannya dan diundang sebagai Narasumber untuk menyampaikan pemaparan terkait 100 Resilient City.
Acara pada hari pertama, menampilkan sesi City Sharing dari Jakarta, Thailand dan Salatiga. Kepala Bappeda Pemprov.DKI Jakarta, hadir sebagai representatif DKI Jakarta. Masing-masing perwakilan kota memperkenalkan program kota mereka dalam menangani permasalahan yang disebabkan karena Perubahan Iklim. Acara dilanjutkan dengan diskusi dalam tim kecil dengan konsep: Knowledge Caffee.
Kegiatan pada hari pertama ditutup dengan acara Jamuan makan malam di Balairung Pemprov.DKI Jakarta, Deputi Gubernur TRLH menjadi host dalam acara jamuan makan malam ini.
Day 2
Hari ke-2 dalam agenda Lokakarya di isi dengan pemahaman akan (i) Theory U. Esensi kepemimpinan menurut Teori U adalah kemampuan menfasilitasi perubahan sisi dalam diri seseorang atau organisasi untuk menangkap masa depan dan mengeksplorasi dengan penuh kreativitas. SESI ini moderatori oleh: Frans Sugiarta, salah satu co-designer dari program IDEAS Indonesia yang telah menyelesaikan program kepemimpinan di Massachussetts Institute of Technology (MIT) AS.
Sesi selanjutnya adalah pemahaman akan (ii) Entrepreneurism in a Social System . Seorang wirausahawan/Entrepreneur sosial adalah seseorang yang mengenali masalah sosial dan menggunakan prinsip entrepreneurship untuk mengatur, menciptakan, dan mengelola usaha untuk melakukan perubahan sosial (usaha sosial). SESI ini dimoderatori oleh: Dr. Ben Chan, seorang Dosen Entrepreneurship and Business Creation di Singapore Management University dan juga sebagai Direktur Eksekutif Pusat Pengembangan Kewirausahaan Muda Singapura, yaitu sebuah pusat sumber daya dimana wirausahawan muda datang untuk konseling, pelatihan dan konsultasi mengenai usaha dan usaha sosial mereka.
Mengapa diperlukan jiwa Entrepreneurship dalam Kepemimpinan? Perusahaan berbasis kewirausahaan akan memiliki kelebihan dimana kinerja kepemimpinan memiliki ruang gerak yang lebih leluasa. Tetapi hal tersebut berbeda dengan perspektif organisasi/pemerintahan secara umum, dimana kepemimpinan/Leadership dibatasi oleh pengaturan organisasi/bersifat rigid. Untuk dapat menciptakan suatu “perubahan” maka beberapa aspek perspektif yang berbasis kewirausahaan/entrepreneur tepat untuk memfasilitasi kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi perubahan dan kinerja.
Lokakarya Climate Change Leadership Program ini akan diselenggarakan sebanyak 3 tahap.
Lokakarya pertama (27-30 Agustus 2017) berfokus pada manajemen Kepemimpinan dan Kota di bawah dampak perubahan iklim, yang mencakup tinjauan topik, proses dan pengenalan instrumen yang relevan dan berbagi pengalaman dalam menjalankan kepemimpinan individual dan kolektif.
Lokakarya ke-2 (Jun, 2018) akan berfokus pada membangun visi manajemen kota dan pengembangan kepemimpinan di masa depan, yang akan mencakup: aksi kolektif, dialog multipihak, manajemen kota masa depan, refleksi menjadi ide prototip.
Lokakarya ke-3 (Nov, 2018) tentang prototyping oleh jaringan CLP yang dibangun (melalui tahapan: penginderaan perjalanan, bayangan, tindakan inovasi dan kolaborasi virtual)