KegiatanLingkungan HidupTata Ruang

Karya Untuk Negeri (Peluncuran Inovasi dan Karya Unggulan STT-PLN)

karyauntuknegeri

Jakarta 19 Mei 2015.

Sekolah Tinggi Teknik PLN (STT PLN) meluncurkan Program Vokasi Ketenagalistrikan dan Inisiatif Listrik Kerakyatan untuk membantu ketahanan energi nasional yang ramah lingkungan dengan memberdayakan masyarakat. Model pembelajaran dan karya penelitian yang sangat dibutuhkan tersebut diresmikan pada Kamis ini dalam acara “Karya Untuk Negeri” yang digelar di Sasana Kriya Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

 

IMG-20170518-WA0007

Ketua STT PLN Supriadi Legino dalam sambutannya menyampaikan bahwa dibutuhkan sekitar 700.000 tenaga operator dan teknisi untuk mengoperasikan dan memelihara sekitar 80.000 megawatt instalasi listrik yang akan dibangun hingga tahun 2025. Jumlah ini harus dipenuhi dengan cara mendidik masyarakat kita sendiri, dengan partisipasi kalangan akademis di seluruh Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Kompetensi. kebutuhan tenaga teknik yang sangat besar tersebut disikapi STT PLN dengan membuka pendidikan dan latihan vokasi ketenagalistrikan bagi para lulusan SMU dan setara. Menurut Supriadi, para siswa akan dilatih selama satu tahun sehingga layak mendapatkan sertifikasi kompetensi sesuai dengan amanat Undang-Undang Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009.

Karya kedua yang diluncurkan pada acara ini adalah Inisiatif Listrik Kerakyatan (LK) yang ramah lingkungan, sebagai alternatif untuk menjawab berbagai dilema pada sistem ketenagalistrikan saat ini. Kelistrikan konvensional terpusat dan terinterkoneksi merupakan sistem yang efisien dan handal, namun mulai menghadapi persoalan dalam pembangunannya terutama mengenai pembebasan lahan dan pendanaan. Akibatnya, banyak proyek pembangunan pembangkit dan transmisi yang terlambat dan mengakibatkan kerugian yang bisa menganulir keuntungan yang diperoleh dari sistim interkoneksi.

Listrik Kerakyatan (LK) menggunakan energi terbarukan yang ada di sekitar masyarakat yaitu matahari, angin, biogas, dan biomasa sampah  untuk perkotaan dan pohon Kaliandra merah untuk di pedesaan. Dengan demikian LK bisa menghemat penggunaan sumber daya fosil dan mengurangi pemanasan global. Program LK di perkotaan lebih diprioritaskan untuk pengembangan model TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) sehingga persoalan sampah bisa diselesaikan secara gotong royong. Selain itu, frekuensi truk pengangkut sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan banyak berkurang.
Kelayakan keuangan merupakan daya tarik bagi pengusaha lokal dan menjadi kunci keberlanjutan program LK. Untuk itu pemerintah harus menjadi fasilitator agar para pengusaha lokal dan koperasi yang berminat membangun LK bisa mendapatkan pemasukan yang memadai dari penjualan energi dan kompensasi pengolahan sampah (tipping fee). Opsi lainnya adalah menyalurkan sebagian dana bantuan sosial dan kredit murah untuk investasi LK bagi pengusaha kecil setempat yang ingin menjadi pengembang listrik kerakyatan.
Melalui “Karya Untuk Negeri” ini, STT PLN  mengimbau pemerintah untuk mendukung pelaksanaan uji coba lebih lanjut dan mengajak sebanyak mungkin kalangan akademis dan instansi baik pemerintah maupun swasta beserta koperasi untuk bergotong royong membangun dan menyempurnakan model LK ini untuk menjawab berbagai permasalahan energi dan lingkungan yang dihadapi negara ini

Asisten Deputian Bidang  Lingkungan Hidup turut hadir dalam acara ini.

IMG-20170518-WA0009

 

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button