KegiatanLingkungan HidupTata Ruang

Lokakarya The Fourth International Workshop on The TWINSEA Lessons Learnt and Outlook: Enhancing Resilience in Indonesia and South East Asia Cities through Low-Regret Adaptation Measures ,30 Maret –2 April 2017

20170330_140547 (1)

Indonesia dan Jakarta sebagai salah satu negara dan kota besar dunia yang dipandang berkontribusi besar dalam upaya mengatasi dampak-dampak perubahan iklim pada skala global. Terbukti dari beberapa kali Pemprov.DKI Jakarta melalui Kedeputian Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup diundang menjadi pembicara di forum-forum internasional, salah satunya adalah melalui undangan yang dikirimkan saat ini oleh United Nations University, Franzius-Institute, UNU-EHS dan LIPI dalam kegiatan lokakarya bertajuk The TWINSEA Lessons Learnt and Outlook: Enhancing Resilience in Indonesia and South East Asia Cities through Low-Regret Adaptation Measures ini diselenggarakan di Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) dan Primebiz Hotel, Kuta, Bali pada Kamis hingga Minggu (30 Maret – 2 April 2017)

Sebagai upaya memperbaiki pengurangan resiko bencana serta mengembangkan low-regret measures atau langkah-langkah dengan tingkat penyesalan yang rendah untuk adaptasi perubahan iklim, LIPI dan  Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman (Bundesministerium für Bildung und Forschung/BMBF) menginisiasi TWIN-SEA Project yang bertujuan mewujudkan jejaring riset pada institusi/universitas dan praktisi Jerman dan Asia Tenggara. “Kami berharap ke depannya skema kerjasama ini semakin diperkuat dalam suatu bentuk institusi,” ujar Jakob Rhyner, Vice Rector United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS).

FB_IMG_1491227105449

Pinjaman Online Baca juga: Erek erek 2d Bergambar Lengkap

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Iskandar Zulkarnain di Denpasar, Bali, pada Kamis dalam Lokakarya ini menyampaikan bahwa “Pemerintah Indonesia belum menjadikan isu perubahan ikllim sebagai salah satu program prioritas nasional,”. Dalam  Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah 2018, isu perubahan iklim hanya menjadi bagian dari topik Pembangunan Regional. “Ini merupakan tantangan besar bagi para ilmuwan Indonesia untuk membangun konsep adaptasi perubahan iklim yang dapat diterapkan serta membawanya ke para pengambil kebijakan,”jelas Iskandar Zulkarnain.

Baca juga :  Pertemuan Rutin Mingguan (Weekly Meeting) antara Pihak Sekretariat Jakarta Berketahanan dan Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Deputi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup pada kesempatan tersebut diundang menjadi pembicara pada lokakarya Fourth International Workshop on The TWINSEA Lessons Learnt and Outlook: Enhancing Resilience in Indonesia and South East Asia Cities through Low-Regret Adaptation Measures tanggal 30 Maret 2017 sesi hari pertama. Tema yang diusung adalah An Efforts to Handle Climate Change Impacts, case of North Coastal Communities.

Dalam Lokakrya ini, Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memaparkan mengenai dampak perubahan iklim yang berakibat terjadinya kenaikan permukaan air laut yang langsung dirasakan oleh masyarakat pesisir. Disisi lain Jakarta dihadapkan dengan permasalahan penurunan muka tanah (Land Subsidence) akibat dari konsumsi air tanah yang berlebihan.  Deputi Gubernur TRLH menyampaikan beberapa upaya Pemerintah DKI Jakarta dalam penanggulangan melalui: (i) Melakukan kampanye penghematan konsumsi air; (ii) Pengolahan air limbah sebagai sumber air baku; (iii) Mengatasi masalah sanitasi untuk menjadikan sungai sebagai sumber air baku; (iv) Pemanfaatan Air Hujan (Rain Harvesting) melalui pembuatan sumur resapan, biopori dan injeksi kedalam tanah; (v) Desalinasi (vi) Pembangunan embung dan waduk. Ironisnya sebagian masyarakat dan para pengambil keputusan masih abai terhadap isu perubahan iklim, sehingga perlu dilakukan (i) perubahan pola pikir (Changing Paradigm) melalui advokasi dan sosialisasi (implementasi Program Kampung Iklim untuk perubahan pola pikir skala komunitas dan pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak untuk perubahan pola pikir pada anak; (ii) Internalisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca kedalam RTRW dan RDTR terutama terkait Public transport dan Green Building.

20170330_151743

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button