Warga Masih Pilih Air Kemasan
PD PAM Jaya Akui Pasokan Air Baku Masih Kurang
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga pelanggan air perpipaan menganggap kualitas air perpipaan masih buruk. Sebagian besar warga lalu bergantung pada sumber air lain di luar air perpipaan, khususnya air dalam kemasan, untuk minum dan masak.
Dari hasil uji dan survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terhadap pelayanan perusahaan daerah air minum (PDAM) di Jakarta ditemukan sebanyak 84,5 persen pelanggan menggunakan sumber air di luar air perpipaan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 71 persen di antaranya bergantung pada air galon.
“Untuk pemanfaatan, jumlah yang memakai air perpipaan untuk minum hanya 14,89 persen. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan yang menggunakan untuk mandi dan mencuci, yang mencapai 34,04 persen. Bahkan, mereka yang memakai air PDAM untuk cuci kendaraan juga lebih besar, yaitu 27 persen,” kata Ketua Harian YLKI Tulus Abadi di Jakarta, Selasa (27/12).
Survei dan pengujian ini dilakukan pada Oktober terhadap 43 sampel di enam wilayah di DKI. Sebanyak 21 pemakai di antaranya adalah pelanggan PDAM, 20 pemakai air bawah tanah, dan 2 pemakai instalasi reverse osmosis di Kepulauan Seribu.
Dari survei terhadap pelanggan PDAM, 61,9 persen menganggap air perpipaan bermasalah secara kualitas. Artinya, masih ada sebanyak 38,1 persen menganggap air perpipaan bersih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Namun, menurut Tulus, yang benar-benar memanfaatkan untuk minum hanya sebagian kecil.
“Artinya ada yang salah dengan air itu sendiri. Persepsi orang terhadap air perpipaan itu tidak untuk diminum karena selama ini pelayanan yang jauh dari baik. Selama ini pula masyarakat membayar air dua kali karena membayar air perpipaan dan membayar air kemasan atau galon untuk minum,” tuturnya.
Karena itu, lanjutnya, tarif air harus dipikirkan ulang dan jangan dinaikkan secara sepihak. Sebab, meski warga, khususnya masyarakat kecil memakai air yang banyak, mereka tidak menggunakan air tersebut untuk kebutuhan makan dan minum.
Selain itu, dalam survei dan pengujian ini, YLKI juga masih menemukan kandungan merkuri dan timbal dalam air perpipaan. Meski demikian, jumlahnya sangat kecil, jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan.
Sementara itu, dari laporan Badan Regulator PAM DKI untuk kuartal III-2016, konsumsi rata-rata pelanggan adalah 33,14 meter kubik per pelanggan per bulan. Angka ini turun dibanding periode sama tahun sebelumnya, yang mencapai 33,55 meter kubik per pelanggan per bulan.
Pasokan air baku
Ditemui secara terpisah, Direktur Utama PD PAM Jaya Erlan Hidayat menyatakan, pihaknya menjamin mutu air perpipaan yang dialirkan ke pelanggan sudah memenuhi persyaratan. Pengujian dilakukan terus-menerus di banyak titik untuk memastikan air yang didistribusikan memenuhi standar mutu meski sumber air bakunya kadang tidak memenuhi syarat.
Akan tetapi, terkait debit dan kontinuitas pasokan, Erlan mengakui suplai belum optimal, khususnya di wilayah barat DKI Jakarta. “Suplai air baku untuk wilayah barat terbatas, sementara pertumbuhan permintaannya relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah timur yang pasokan air bakunya stabil,” kata Erlan di Balai Kota Jakarta, Selasa.
Wilayah timur dilayani PT Aetra Air Jakarta yang 100 persen dari debit air bakunya sebanyak 9.000 liter per detik berasal dari Waduk Ir H Djuanda Jatiluhur, Jawa Barat, melalui saluran Tarum Barat. Sementara dari debit air baku 9.025 liter per detik untuk wilayah barat, 62 persen di antaranya berasal dari Tarum Barat, dan sisanya dari Tangerang (31,8 persen) dan sumber setempat (6 persen).
“Kami kejar kenaikan kebutuhan dengan membangun instalasi-instalasi (pengolahan air) baru, seperti di Hutan Kota Penjaringan, Pesanggrahan, Pejaten, dan Kanal Barat pada kurun 2015-2018 serta dari Tangerang pada 2018 sehingga ada total tambahan 9.150 liter per detik,” kata Erlan.
Suplai terganggu
Suplai air perpipaan di sebagian wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara akan terganggu karena pekerjaan teknis instalasi, Selasa (27/12) hingga Kamis (29/12). Gangguan ini terkait pekerjaan teknis PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak dan IPA Pejompongan.