Kliping

Mengelola Toilet Publik

Toilet umum sebagai salah satu fasilitas publik kota sering kali terabaikan. Keberadaannya di ruang publik sulit ditemukan. Jika tersedia pun kondisinya tidak layak, khususnya pada kebersihan serta kelengkapan sarananya.

Keberadaan toilet sangat vital. Sesuai namanya, toilet umum disediakan di sejumlah tempat umum seperti terminal bus, halte, stasiun kereta api, bandar udara, tempat wisata, taman, pasar, serta di pinggir jalan. Namun, kenyataannya, cukup sulit mencari toilet umum di ruang publik Jakarta.

Toilet di terminal bus antarkota Kampung Rambutan, misalnya, belum mampu mengakomodasi kebutuhan penumpang, apalagi jika jumlah penumpang sedang meningkat.

Hal serupa terjadi di taman. Beberapa waktu lalu, pengunjung kawasan Monumen Nasional mengeluh kesulitan untuk mencari toilet di Monas. Kondisi toilet yang tersedia pun bau dan kotor.

Pinjaman Online Baca juga: Erek erek 2d Bergambar Lengkap

Warga Jakarta dalam survei Jajak Pendapat Kompas, akhir Oktober lalu, juga mengeluhkan sulitnya mencari toilet umum di sejumlah fasilitas umum.

Tempat publik yang paling banyak dianggap kekurangan toilet adalah pasar (28 persen), taman (27 persen), serta terminal dan stasiun (23 persen).

Selain itu, sebagian kecil responden juga menilai bahwa toilet umum di tempat wisata jumlahnya kurang. Keberadaan toilet di tempat wisata penting untuk melayani kebutuhan sanitasi wisatawan.

Kawasan Kota Tua, misalnya. Saat akhir pekan, jumlah pengunjung kawasan wisata di Jakarta Barat tersebut bisa mencapai puluhan ribu orang. Namun, hanya di satu lokasi saja tersedia toilet umum di luar gedung.

Toilet lainnya bukan toilet umum karena berada di dalam gedung di sekitar kawasan Fatahillah.

Keberadaan toilet sudah diatur dalam Dokumen Standar Toilet Umum Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2004). Rasio kebutuhan toilet di tempat wisata adalah 1 water closet (WC) diperuntukkan untuk 25 hingga 100 orang. Adapun kebutuhan toilet pada bangunan umum adalah 1 WC melayani 50 orang.

Baca juga :  Tersedia Kanal untuk Jalur Militer di Kawasan Reklamasi Teluk Jakarta

Mal dan SPBU

Jumlah toilet yang tidak memadai tersebut akhirnya membuat sebagian warga memilih menggunakan toilet di pusat perbelanjaan dan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU).

Hampir separuh warga menyatakan paling sering menggunakan toilet umum di mal. Selain itu, sekitar 22 persen warga memilih mengakses toilet di SPBU. Kedua pilihan tersebut wajar karena pasti akan menemukan toilet di mal dan SPBU ketimbang harus mencari toilet di fasilitas umum lainnya.

Kondisi toilet di mal dan SPBU juga relatif lebih terpelihara dibandingkan dengan toilet umum di tempat lain.

Sebanyak 66 persen responden pengguna toilet di pusat perbelanjaan memberikan apresiasi positif pada pemeliharaan toilet di tempat tersebut.

Proporsi yang sama juga dinyatakan warga yang sering menggunakan toilet di SPBU, menilai toilet di SPBU relatif terpelihara.

Kebersihan

Meski kondisi toilet di pusat perbelanjaan dan SPBU sudah dinilai baik, tidak demikian dengan kondisi toilet di tempat lain.

Masih ada sekitar 38 persen responden yang memberikan penilaian negatif pada toilet umum di tempat publik lainnya. Tempat itu adalah pasar, taman, dan terminal.

Selain kebersihan, ketersediaan air juga disebut responden sebagai persoalan toilet umum yang harus segera dibenahi. Persoalan lain adalah bangunan toilet terkadang asal-asalan, diletakkan di tempat yang tidak semestinya, dan bau menyengat.

Pengelolaan toilet sebagai fasilitas umum seharusnya dilakukan dengan profesional sesuai dengan standar yang berlaku. Dokumen Standar Toilet Umum Indonesia (2004) telah menjabarkan tugas dan tanggung jawab pengelolaan toilet umum. Di antaranya, menjaga kebersihan dan kelengkapan toilet seperti sabun, air, wastafel, kebersihan, dan tidak berbau. Sebanyak 40 persen responden pengguna toilet umum beranggapan pengelolaan toilet umum masih buruk.

Baca juga :  Sebelum Penertiban, Pemprov DKI Data Warga yang Bertahan di Pasar Ikan

Di tengah kondisi toilet umum yang relatif buruk, Pemprov DKI Jakarta berupaya memenuhi kebutuhan toilet umum. PT Transjakarta, misalnya, akan melengkapi sekitar 80 halte dengan toilet umum. Pemprov juga mulai menyediakan bus toilet di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, serta merencanakan melengkapi taman dengan toilet berpendingin ruangan.

Pemerintah juga berjanji akan menempatkan petugas pada setiap toilet. Petugas tersebut akan menjaga kebersihan dan kenyamanan toilet secara teratur. Hal ini memang akan jauh lebih efektif untuk mewujudkan kenyamanan toilet sebagai sarana publik. Kesadaran warga sebagai pengguna untuk memelihara kebersihan juga dinanti.

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button