Upaya Mengendalikan Penguasa Tiga Kota
Setiap kali hujan, Kali Angke pasti meluap. Kondisi menjadi makin parah apabila air dari hulu di Kabupaten Bogor melimpah. Kali yang tak terurus berimbas pada memburuknya kualitas lingkungan di sepanjang kawasan yang dialiri Angke. Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Jakarta Barat pun terus kebanjiran.
Hasan Basri, Ketua RW 007, RT 001, Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh, tak kunjung membalas uluk salam Kompas pada Senin (29/8) siang itu. Setelah menunggu 10 menit, barulah pengurus RT itu muncul dari dalam rumah yang terlihat habis dibersihkan. “Maaf lama, saya baru selesai beres-beres rumah,” ujar Hasan Basri.
Minggu (28/8) malam, perumahan di Kelurahan Petir yang terletak persis di pinggir Kali Angke, di dekat bendung Polor, tepatnya di perbatasan Kota Tangerang dengan wilayah Jakarta Barat itu, terkena luapan Kali Angke. Sejak Minggu sore hujan deras turun membuat air kali meluap, dan mengenai permukiman yang dilewati. “Tampaknya di hulu hujan deras. Kami yang dilewati kali terkena. Air di permukiman setinggi 70 cm,” ujar Hasan.
Siang itu, jalanan menuju rumah Hasan becek. Sejumlah warga membuat pembatas tanggul dari karung berisi tanah. Karung-karung itu ditumpuk di pinggir kali, mulai dari mulut jembatan hingga sejauh 25 meter. Kali Angke menyambut kami dengan riuh, air bergemuruh jatuh ke bawah jembatan di Bendung Polor, Petir, Cipondoh, Kota Tangerang.
Di RT 001 sebanyak 100 keluarga terkena dampak luapan Kali Angke. Sementara di RT lain masih banyak rumah yang juga terkena. Situasi seperti itu terus berulang menimpa warga Petir. Namun, mereka enggan berpindah. “Kami tinggal di kawasan ini sejak lama, dari kakek nenek saya,” ujar Hasan Basri.
Perubahan tata ruang
Hasan yang saat ini berumur 60 tahun menuturkan, pada masa kecilnya tepian Kali Angke adalah areal persawahan. Hingga di tahun 1970-an, pemerintah membebaskan areal sawah dan membuat satu lagi alur kali di samping kali lama yang sudah ada. Kali yang lama sempit. Kali yang baru ini lumayan lebar. Kedua kali itu bertemu menyatu setelah bendung Polor.
Upaya membelah kali sempat mengurangi volume air. Namun lagi-lagi perubahan lingkungan akibat tingginya kebutuhan tempat tinggal membuat area sekitar dan sepanjang kali banyak berubah. Dari persawahan, areal berubah menjadi perkebunan dan perumahan. “Perubahan makin gencar terjadi sejak tahun 2000,” ujar Hasan.
Perubahan itu diakui Teuku Iskandar, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). Awal September lalu, Iskandar mengatakan, terjadi perubahan area di sekitar kali itu, lebar Kali Angke yang semula 25-30 meter lalu menyempit. Lebar rata-rata Kali Angke kini tak lebih dari 22 m.
Adanya penyempitan kali, wajar apabila saat hujan lebat air meluap dan mengenai apa pun yang dilewati. Itu sebabnya program normalisasi Kali Angke sepanjang 19,90 km dilakukan mulai 2011. “Namun kami terkendala masalah pembebasan lahan,” ujar Iskandar.
Dibenahi
Salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi risiko banjir akibat perubahan tata ruang atau area sekitar kali ini adalah membuat program pembenahan sungai yang disebut normalisasi. Sayang program yang sudah dijadwalkan tuntas 2014 tidak terpenuhi. Dari target 19,90 km, yang kini tuntas terealisasi sekitar 60 persen. “Kami masih mengupayakan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Tangerang agar bisa membebaskan lahan,” ujar Iskandar.
Kalau tidak, kata Iskandar, bakalan tidak akan selesai normalisasi. Pertengahan November saja, kawasan Kembangan, Jakarta Barat, juga Ciledug, Karang Tengah, dan Cipondoh di Kota Tangerang kembali terendam.
Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan menjelaskan, kawasan yang terendam itu merupakan kawasan yang belum dinormalisasi. “Masih akan dibebaskan kawasan itu,” katanya. Pada 2017, dinas tata air masih akan melakukan pembebasan lahan di area yang berkas administrasinya sudah siap. “Mana yang sudah siap, itu dulu yang dibebaskan,” ujar Teguh.
Pemerintah Kota Tangerang pun bergerak melakukan penanganan banjir di seluruh wilayahnya. Di wilayah timur, meliputi Cipondoh, Pinang, Ciledug, Karang Tengah, dan sekitarnya yang dialiri Angke.
Proyek normalisasi Angke di Kota Tangerang sudah dilakukan sejak tahun 2012 dan mandek dua tahun terakhir. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang mencatat, hingga Agustus 2016 realisasi proyek ini baru mencapai 14,16 km dari 20,86 km. Sisanya lebih kurang 6,7 km direncanakan direalisasikan tahun ini. Namun, sejauh pengamatan, hingga akhir November, tanda-tanda kelanjutan program normalisasi tidak terjadi. Sementara tiang- tiang untuk tanggul menumpuk di pinggir Kali Angke di sekitaran Perumahan Ciledug Indah 1.
Sebagian pinggir kali di Perumahan Ciledug Indah 1 sudah ditanggul (salah satu sisi saja). Proyek normalisasi ini akan diperlebar hingga 20 meter. Kali dikeruk dengan kedalaman minimal 8 meter, sedangkan jalan inspeksi akan dibangun dengan lebar masing-masing 7,5 meter.
September lalu, Kepala Bidang Sumber Daya Air Taufik Syahzaeni mengatakan, normalisasi Kali Angke sudah dilaksanakan sejak anggaran tahun 2014/2015 dan kini baru mencapai 40 persen. Akibatnya, beberapa permukiman warga di wilayah timur Kota Tangerang masih terkena dampak banjir akibat luapan Kali Angke.
Tahun 2016, kata Taufik, akan dilakukan proses pembebasan lahan warga secara seluruhnya. Untuk proses normalisasi direncanakan dikerjakan tahun 2017 oleh pemerintah pusat. “Tahapan normalisasi Kali Angke di wilayah Kota Tangerang akan dilaksanakan pembebasan lahan warga dahulu di tahun ini. Setelah semuanya selesai, pada tahun 2017, dilaksanakan normalisasi oleh pemerintah pusat hingga 100 persen,” kata Taufik.
Iskandar mengatakan, pihaknya sudah mengecek kemajuan proses normalisasi Kali Angke. “Sudah ada penanganan meski belum seluruhnya,” katanya.
Atur strategi soal lahan
Kepada Pemkot Tangerang, Iskandar berharap agar proses pembebasan lahan tak ada kendala lagi sehingga kegiatan normalisasi berjalan sesuai target. Terkait normalisasi Angke, pemerintah pusat juga akan mengganti bendungan dan jembatan. Beberapa jembatan harus ditinggikan agar tidak menghalangi arus air sungai.
“Jembatan atau bendungan itu akan diganti pemerintah pusat sehingga proses aliran air berjalan lancar. Pemkot Tangerang fokus pada pembebasan lahan,” kata Iskandar.
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah pada kesempatan lain mengatakan, banjir yang melanda wilayah timur, seperti Ciledug, Cipondoh, Karang Tengah, dan Petir, disebabkan penurapan Kali Angke oleh pemerintah pusat belum selesai. Kendalanya karena belum ada kesepakatan harga tanah dalam proses pembebasan. Penyebab lainnya adalah permukiman warga berada di wilayah resapan air sehingga sangat cepat terdampak banjir ketika terjadi hujan intensitas tinggi.
Solusinya, Pemerintah Kota Tangerang akan segera mempercepat pembebasan lahannya sehingga bisa mengurangi risiko banjir di beberapa kawasan lain, yaitu Candulan dan Cantiga. Arief mengatakan, pihaknya segera berkoordinasi langsung dengan pemerintah pusat untuk bisa dialokasikan anggaran penurupan Kali Angke. Begitu pula dengan penanganan banjir di Cantiga dan Candulan.
Dalam program Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang, normalisasi dilakukan tahun ini disertai penambahan pintu air dan pompa. Pembangunan tandon air di Perumahan Metland jika selesai bisa atasi banjir di Candulan.