Warisan Masalah
Cuaca Ibu Kota kurang bersahabat pekan ini. Sejak Kamis (10/11) sore, langit Jakarta menggelap disertai hujan badai dan petir yang bersahutan. Seperti biasanya, hujan sedikit saja kemacetan luar biasa akan terjadi di jalanan Ibu Kota. “Gila, jarak 2 kilometer saja harus ditempuh satu jam,” kicau seorang pengguna jalan pada Kamis malam.
Tidak itu saja, hujan badai di Jakarta juga serta-merta menyebabkan begitu banyak pohon tumbang. Sejumlah kendaraan tertimpa pohon, ada pula bangunan yang jadi korban.
Di sore yang gelap itu, dahan-dahan pohon tumbang hingga menutup jalan dan memperparah kemacetan lalu lintas selepas jam kerja. Sejumlah pohon bukan saja patah dahan-dahannya, melainkan juga tercerabut dari akarnya.
Patah atau tumbangnya pohon-pohon peneduh di sejumlah ruas jalan Ibu Kota ini terus berulang. Salah satu penyebabnya karena sebagian pohon adalah angsana (Pterocarpus indicus) yang ditanam stek. Pohon-pohon yang sebenarnya termasuk jenis pohon berkualitas tinggi tersebut tumbuh tanpa memiliki akar tunggang seperti semestinya. Walaupun berdaun rimbun dan cepat tumbuh, batang dan tanaman tersebut dikenal mudah patah.
Pohon antara
Pohon angsana telah hadir di Ibu Kota sekitar 1975. Di zaman kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin itu, konon pohon angsana sebenarnya tidak dimaksudkan menjadi pohon peneduh. Mereka ditanam sementara, sebagai pohon antara, sambil menunggu pohon-pohon penghijau lain yang lebih kuat tumbuh. Karakternya yang gampang tumbuh-dengan stek atau biji-menjadikan angsana populer ditanam di pinggir jalan ataupun sejumlah perumahan.
Namun, sejalan dengan waktu, tanaman tersebut tumbuh hingga puluhan tahun di Jakarta. Biasanya, saat situasi seperti saat ini: banyak pohon tumbang dan menelan korban, si angsana lantas direncanakan akan digantikan pohon lain. Mahoni dan trembesi menjadi pilihan pengganti karena dianggap memiliki akar dan kayu yang lebih kuat. Namun, setelah hujan-angin lewat, angsana tetap berdiri hingga mendapat perhatian lagi saat ada pohon tumbang dan menelan korban di musim berikutnya.
Sejak beberapa waktu lalu, menyambut musim hujan, petugas Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta sudah berupaya melakukan pemangkasan pohon-pohon angsana tersebut. Rupanya hal tersebut tidak cukup mencegah tumbang patahnya pohon-pohon tersebut.
Keberadaan pohon angsana menjadi salah satu contoh warisan masalah masa lalu yang hingga kini masih menjadi masalah Jakarta. Para kandidat calon gubernur DKI Jakarta yang sedang berkampanye berulang kali menyatakan masalah yang mendera Jakarta. Namun, yang terpenting, membangun Jakarta tidak cukup hanya dengan retorika, tetapi juga memerlukan karya nyata untuk menyelesaikan warisan masalah yang kadung menumpuk itu.