Tim Ahli Koreksi Tanggul
Revitalisasi Wajib Jamin Pelestarian Cagar Budaya Pasar Ikan
JAKARTA, KOMPAS — Tim ahli pendamping proses revitalisasi Pasar Ikan, khususnya pembangunan tanggul laut, menolak model tanggul yang segera dibangun dalam beberapa hari ke depan. Tanggul itu membentengi Pasar Ikan yang berarti menghilangkan salah satu sisi sejarah wilayah ini.
Sejumlah anggota Tim Ahli Cagar Budaya dan Tim Sidang Pemugaran pada Selasa (26/7) memaparkan rekomendasi hasil rapat terkait model tanggul yang akan dibangun di wilayah Pasar Ikan dan Luar Batang. Dinas Tata Air DKI Jakarta, berdasarkan model tanggul Tipe A National Capital Integrated Coastal Development, sebelumnya melelang proyek pembangunan tanggul sepanjang sekitar 1,2 kilometer.
Tanggul itu direncanakan setinggi sekitar 5 meter mengelilingi Pasar Ikan dan Luar Batang. Wilayah Pasar Ikan merupakan bagian dari wilayah Cagar Budaya Kota Tua yang telah ditetapkan pemerintah.
Chandrian Attahiyat, anggota Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta, mengatakan, merevitalisasi kawasan Pasar Ikan berarti meningkatkan nilai sejarah sekaligus mengangkat sisi kebaharian pesisir Jakarta. Sebab, wilayah ini dahulu adalah bagian dari Pelabuhan Sunda Kelapa dan batas terluar tembok kota.
“Jika semuanya ditanggul 5 meter, artinya view ke laut tertutup. Ini sama saja menutup view sejarah kawasan terluar kota. Padahal, sebagai kawasan pelabuhan, pandangan ke laut ini yang penting,” kata Chandrian.
Tanggul laut di kawasan Pasar Ikan tersebut menurut rencana memang dibangun mengelilingi wilayah ini, dari Luar Batang hingga pintu air Pasar Ikan. Tanggul ini ditujukan untuk menahan banjir rob, ancaman kenaikan muka laut, serta penurunan muka tanah.
Anggota tim ahli lainnya, Indra Kusumo, menyampaikan, tanggul yang berada antara kanal yang diapit Kampung Luar Batang dan Tembok Kota Sisi Utara di areal Pasar Ikan ditiadakan. Tanggul hanya dibangun sebagian hingga pintu air Pasar Ikan dan tidak masuk ke area kanal Kali Pakin.
“Kali Pakin itu termasuk memiliki nilai sejarah karena dulunya kali ini menjadi pintu masuk kapal-kapal ke lokasi galangan. Ini untuk menegaskan nilai sejarah kawasan. Karena itu, kami merekomendasikan agar Dinas Tata Air melakukan perubahan perencanaan sesuai masukan,” paparnya.
Tim ahli juga menegaskan agar pembangunan tanggul memperhitungkan jarak tanggul dan tembok museum bahari. Jarak tanggul dengan tembok kota mengurangi potensi adanya kerusakan pada bangunan bersejarah.
Kepala Bidang Aliran Tengah Dinas Tata Air Robert Rajagukguk yang bertanggung jawab terhadap program ini tidak berkomentar banyak. Dia hanya mengusulkan agar dijadwalkan pertemuan lanjutan untuk membahas hal ini.
Surat minta tanggul
Warga kawasan Pasar Ikan menyetujui adanya pembangunan tanggul di wilayah mereka setelah menolak rencana ini sebelumnya. Alasannya, pemerintah berkomitmen membangun tanggul dan tidak membongkar bangunan di wilayah daratan.
“Kami malah yang bersurat kepada pemerintah agar mereka membangun tanggul. Kami sadar tanggul ini penting untuk menjaga lingkungan dari ancaman banjir, tetapi kami tidak ingin warga yang berada di daratan terkena imbas. Sementara warga yang di atas kali juga menyetujui apabila bangunannya dibongkar,” tutur perwakilan warga Luar Batang, Mansyur Amin.
Berdasarkan data, ada sekitar 138 bangunan warga yang berada di atas kali. Bangunan tersebut harus dibongkar dalam beberapa minggu ke depan.
Menurut Mansyur, pihaknya juga menyambut baik sejumlah rencana pemerintah yang akan dilakukan di kawasan Luar Batang. Rencana itu ialah penataan jalan, pembersihan lingkungan, serta perbaikan sejumlah saluran dan sistem drainase.
Matang dan multifungsi
Sebelumnya, pada Mei, seperti diungkapkan di Kompas (15/5), konsep matang terkait penataan kembali kawasan Pasar Ikan diharapkan mempertimbangkan semua aspek.
Pada proses penataan yang kala itu baru sampai pada tahap pengerukan kali di depan pintu air Pasar Ikan ditemukan struktur bangunan yang diduga kuat adalah fondasi jembatan kuno. Selain itu, ditemukan sebuah struktur tembok berjarak beberapa meter dari Museum Bahari. Hal itu menunjukkan kekayaan tinggalan sejarah di Pasar Ikan.
Namun, pada proses pembongkaran ratusan bangunan di kawasan Pasar Ikan, April lalu, sebagian dinding Pasar Heksagon ikut runtuh. Tembok kota tua di bagian belakang Museum Bahari yang menyatu dengan dinding rumah warga hancur terkena ekskavator. Sebuah bastion, benteng kecil tempat penjaga bersiaga, di Museum Bahari ikut hancur dibongkar. Saat ini hanya tersisa satu bastion utuh di museum ini.
Karena itu, selain memastikan cagar budaya terlindungi, konsep penataan ke depan harus mempertimbangkan semua aspek. Salah satunya menjaga agar air laut tak langsung masuk ke kali.
(JAL)