Kliping

Mookervaart Bersih, Eretan Berjaya

Ali Hasan (70) baru saja selesai shalat di mushala yang dikelolanya sendiri di Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, akhir Mei lalu. Masih mengenakan sarung, lelaki usia lanjut ini duduk santai di atas tikar di rumahnya yang berada tepat di bawah lantai mushala itu.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI Perahu penyeberangan yang dikenal dengan istilah eretan masih digunakan untuk membantu warga menyeberangi Kali Mookervaart di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (29/4). Untuk menggunakan jasa perahu penyeberangan ini, warga dipungut ongkos Rp 2.000 sekali menyeberang.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Perahu penyeberangan yang dikenal dengan istilah eretan masih digunakan untuk membantu warga menyeberangi Kali Mookervaart di kawasan Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (29/4). Untuk menggunakan jasa perahu penyeberangan ini, warga dipungut ongkos Rp 2.000 sekali menyeberang.

”Sebelum ashar, saya sudah balik ke rumah. Enggak narik eretan lagi,” ujar Ali.

Eretan yang dimaksud Ali adalah perahu sederhana di Sungai Mookervaart untuk menyeberangkan warga dari permukiman ke tepi Jalan Daan Mogot atau sebaliknya. Sebuah tali tambang yang kuat dipasang melintang melintasi sungai dan dikaitkan dengan sebuah perahu dari kayu. Untuk menyeberang, si empunya perahu menarik tambang sekuat tenaga agar perahu eretan bergerak sembari membawa penumpang.

Eretan bisa dijumpai di beberapa titik Mookervaart , terutama di tempat yang agak jauh dari jembatan. Keberadaannya memudahkan pejalan kaki untuk menyeberangi sungai.

Untuk jasa menyeberangkan ini, orang dewasa dikenai tarif Rp 2.000 dan Rp 500 untuk anak sekolah.

Saat Ali istirahat, pengoperasian eretan miliknya diambil alih warga sekitar, tetangga, anak tetangga, atau siapa saja yang mau menariknya. Tidak ada anak atau cucunya yang mau meneruskan usaha Ali itu.

”Bapak tidak menarik setoran dari warga yang menggantikannya. Namun, warga dengan sukarela memberikan separuh dari pendapatan narik eretan sebagai sumbangan pemeliharaan dan perawatan mushala,” ujar Leli (45), menantu Ali.

Duman (51) juga membuka usaha layanan transportasi penyeberangan bagi warga Pesing Koneng ke Jalan Daan Mogot, Kelurahan Kedaung Angke.

content

”Sekitar pukul 05.00, saya sudah mulai narik eretan. Terakhir, hanya sampai pukul 19.00,” kata Duman yang dibantu seorang anggota keluarganya.

Anak-anak sekolah atau pekerja kantor ramai menumpang eretan pada pukul 06.00 hingga 07.30. Siang hari, anak sekolah pulang ke rumah dengan eretan. Sorenya, barulah pekerja kantor yang memakai jasa eretan. Duman bisa membawa pulang Rp 50.000-Rp 100.000 per hari dari jasa eretan ini.

Paramitha (31), warga Pesing Koneng yang pulang bersama anaknya, Nindia (6), adalah pelanggan eretan. ”Kalau mau ke seberang, harus jalan kaki jauh. Putar ke jembatan dulu baru sampai. Butuh waktu 15 menit jalan kaki. Kalau naik perahu cuma sebentar. Paling semenit sudah bisa sampai di seberang,” kata Paramitha.

Ada setelah bersih

Ali mengatakan, ia memulai usaha eretan ini setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menormalisasi Kali Mookervaart.

Badan kali ini semula menyempit karena tumpukan sampah serta endapan lumpur yang mengeras sampai membentuk daratan. Kini, badan sungai telah bersih. Lebar kali yang menyempit kini menjadi 40-50 meter.

”Sekitar dua tahun terakhir, kali ini (Mookervaart) dibersihkan. Tadinya saya hanya menggunakan rakitan kayu dengan kawat pendek untuk menyeberangkan warga sampai ke pulau kecil itu. Selanjutnya, warga berjalan kaki menuju ke pinggir jalan. Sejak lebih dari setahun ini baru pakai eretan,” kata Ali.

Kali yang semakin melebar membuat ia harus menambah panjang kabel untuk membantu menjalankan eretan. Namun, kali yang bersih membuat usaha eretan ini makin diminati warga. (PIN/WIN/ART)

Artikel terkait

Leave a Reply

Cek juga
Close
Back to top button