Kliping

Jalur Cepat Semanggi Ditutup

”3 in 1” Mungkin Dihapus, Kemacetan Lalu Lintas Meningkat

JAKARTA, KOMPAS — Jalur cepat Jalan Jenderal Sudirman ke Gatot Subroto arah Cawang di sekitar Jembatan Semanggi, mulai pukul 06.00, Jumat (8/4) ini, ditutup. Penutupan ini menandai dimulainya groundbreaking proyek perluasan revitalisasi Jembatan Semanggi. Arus lalu lintas akan dialihkan ke jalur lambat.

Ribuan kendaraan  menyesaki Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, saat jam berangkat kantor, Kamis (7/4). Uji coba penghapusan
KOMPAS/HENDRA A SETYAWANRibuan kendaraan menyesaki Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, saat jam berangkat kantor, Kamis (7/4). Uji coba penghapusan “3 in 1” di ruas jalan protokol Ibu Kota berdampak pada semakin padatnya jalan tersebut saat jam berangkat dan pulang kerja.

Demikian disampaikan Kepala Subdit Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Budiyanto, Kamis malam. ”Kendaraan bermotor akan dialihkan ke jalur lambat. Macet? Pasti. Tak bisa dihindari. Meski demikian, kami akan menempatkan personel pengatur di sana lebih banyak dan akan lebih maksimal bekerja. Itu saja yang bisa saya janjikan,” ucap Budiyanto.

Penutupan jalur cepat tersebut, lanjut Budiyanto, akan berakhir seiring selesainya proyek revitalisasi. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebelumnya memperkirakan, proyek senilai sekitar Rp 300 miliar ini akan selesai pada Juli atau Agustus 2017.

Menurut Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Risyapudin Nursin, pada jam sibuk, revitalisasi Semanggi ini bisa mengurangi kemacetan sampai 50 persen karena munculnya jalan layang baru mengarah ke Blok M dan Hotel Indonesia (HI).

Ia menjelaskan, banyaknya arus lalu lintas lintasan dari arah timur yang hendak memutar ke arah utara, serta arus lalu lintas dari lintasan barat yang hendak ke selatan, membuat volume kendaraan di lingkar Semanggi menumpuk.

Menurut Budiyanto, ”Dengan dibangunnya jalan layang arah ke Blok M dan HI, kendaraan bermotor tak lagi harus memutar ke bawah seperti sekarang.”

Ia mengimbau pengguna jalan bersabar melintas kawasan groundbreakingSemanggi.

Dihapus

Di tempat lain, kemarin, Kepala Bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta Prapto Priyanto mengatakan, ”3 in 1” tetap berpeluang dihapuskan atau diteruskan karena uji coba masih berlangsung. Hasil uji coba dan evaluasi akan diketahui pada 13 April 2016.

Akan tetapi, berdasarkan uji coba sementara, yakni ketika ”3 in 1” masih berlaku tanggal 1 dan 4 April, serta selama sehari uji coba penghapusan 6 April, kemacetan dinilai tidak signifikan. Uji coba dan pemantauan akan dilakukan lagi pada 8 dan 11 April di lima ruas, yakni Jalan Sisingamangaraja, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan MH Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, dan sebagian Jalan Gatot Subroto-Gerbang Pemuda pukul 07.00-10.00 dan 16.30-19.00.

”Macet terutama pagi dan sore pada jam-jam masuk dan pulang kerja. Di luar jam itu relatif normal. Sementara lalu lintas di ruas-ruas jalan sekitar relatif lancar. Perkiraan kami, kendaraan-kendaraan yang sebelumnya memutar kini kembali ke ruas ’3 in 1’,” ujarnya.

Dinas perhubungan menempatkan 92 petugas yang disebar di 45 titik di lima ruas jalan ”3 in 1” dan jalan lain yang terhubung. Sebagian petugas menghitung volume kendaraan dari pinggir jalan, sebagian lain bergerak mengikuti arus kendaraan. Menurut Prapto, pihaknya akan menyampaikan hasil pada 13 April 2016.

Basuki Tjahaja Purnama mewacanakan pembatasan kendaraan dengan kebijakan genap-ganjil sebagai pengganti ”3 in 1”. Selain itu, pihaknya juga mencari alternatif guna mempercepat penerapan jalan berbayar (electronic road pricing/ERP). Sebelumnya, Basuki menyatakan bakal mengambil alih investasi ERP yang sebelumnya ditawarkan kepada pihak swasta. Harapannya, ERP lebih cepat terealisasi.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah menjelaskan, penghapusan program ”3 in 1” dilakukan karena selama ini tidak memecahkan masalah kemacetan. Selain itu, juga menimbulkan dampak sosial berupa eksploitasi anak. ”Program ’3 in 1’ itu memang tidak efektif. Selain menimbulkan penyakit sosial, juga tidak berdampak pada pengendalian kemacetan,” ujar Andri, kemarin.

Ruas alternatif ditinggal

Dalam pantauan Andri, begitu ”3 in 1” dilepas, terjadi peningkatan kemacetan di ruas ”3 in 1”. ”Peningkatan kemacetan di ruas itu sekitar 10-15 persen, tetapi harus dilihat jalan alternatif lain kosong. Karena orang dulu menghindari, sekarang dibebasin. Masuk semua,” ujar Andri.

Program penghapusan ”3 in 1” akan dilakukan hingga 13 April mendatang. Setelah itu, akan ada evaluasi.

Kepala Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi Kota Administrasi Jakarta Selatan Christianto mengatakan, terjadi peningkatan volume kendaraan di ruas-rusa jalan di Jakarta Selatan yang sebelumnya merupakan ”3 in 1”. Namun, ia optimistis kepadatan ini akan menurun seiring waktu. ”Saat ini baru transisi, jadi wajar semua orang berusaha menyesuaikan, tapi ini sudah mulai menurun,” katanya.

Di Jalan Gatot Subroto terdapat beberapa titik kemacetan karena pertemuan arus kendaraan. Titik kemacetan ini dimulai dari masuknya arus dari Senayan dan Jalan Jenderal Sudirman hingga jalan layang arah Cawang.

(IRE/HLN/MKN/WAD/WIN)

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button