Kliping

Secercah Bahagia dari Taman Kota

Taman bukan saja menawarkan keindahan, melainkan juga mencerminkan wajah suatu kota. Di Kota Bandung, Jawa Barat, sebagian taman dibuat sejak masa kolonial Belanda. Taman-taman itu kini ditata sedemikian rupa, guna meningkatkan kebahagiaan warganya.

Warga mengunjungi wahana edukasi dan bermain Teras Cikapundung di Babakan Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (2/1) (atas).
KOMPAS/LUCKY PRANSISKAWarga mengunjungi wahana edukasi dan bermain Teras Cikapundung di Babakan Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (2/1) (atas).

Sejumlah siswa SMA Negeri 2 Kota Bandung, Kamis (24/3), itu, sedang melantunkan lagu di salah satu gazebo di kota itu. Gazebo yang didesain dengan sejumlah tiang berwarna putih dan atap hitam, baru didirikan di lingkungan taman sekolah. Tak jauh dari gazebo, menjulang satu pohon karet raksasa yang diperkirakan telah berusia lebih dari satu abad. Lokasi sekolah yang berdiri 1966 itu terletak di Jalan Cihampelas.

Gazebo dihiasi lampu-lampu unik yang digantung di dalam bola rotan, di hamparan rumput hijau dan bunga aneka warna. Kondisi itu ditunjang nuansa teduh sehingga membuat siswa merasa nyaman.

“Gazebo baru bisa dipakai dua hari ini, bersamaan dengan peresmian taman sekolah. Suasana taman di sekolah saat ini semakin asri setelah ditata lebih bagus. Kami sekarang bisa mengisi waktu istirahat di gazebo dengan nyaman,” kata Alif Putra (17), siswa kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial, sambil memetik gitar. Alif mengisi waktu istirahat bersama sejumlah siswa lain.

Bagi Sakti Ahmad Fajri (17), juga siswa SMA Negeri 2 Bandung, suasana taman yang indah membuat dia dan teman-temannya kini betah belajar di sekolah. “Saat istirahat, kami juga dapat mencari suasana lain, tak hanya di kelas yang membosankan,” sahut Kevin Paul Marulik Manik (17), siswa lain.

Taman di SMA Negeri 2 Bandung seluas sekitar 2,2 hektar baru saja diresmikan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Rabu (23/3). Taman yang dilengkapi dengan enam gazebo, masing-masing tiga unit di sisi utara dan selatan, dinamakan Taman Bahagia. Di seluruh area taman juga dilengkapi Wi-Fi atau jaringan internet.

Keberadaan Taman Bahagia itu semakin menambah jumlah taman di “Kota Kembang” itu. Taman juga meraih juara untuk Rancangan Desain Taman, dalam kompetisi tingkat nasional yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akhir 2015.

Ridwan pun menetapkan Taman Bahagia menjadi obyek percontohan taman di sekolah negeri di Kota Bandung.

“Di tempat yang sangat hijau akan terjadi hujan oksigen. Sebagaimana keberadaan taman di sekolah ini dengan pepohonan, menghasilkan oksigen berlimpah. Udara menjadi bersih juga membuat suasana terasa damai. Siswa pun dapat belajar dengan happy, dengan pikiran yang jernih,” kata Ridwan.

Wing Waluyo Pandu (52), guru Seni Budaya SMA Negeri 2 Kota Bandung, yang juga mendesain Taman Bahagia, menuturkan, penataan taman mulai difokuskan sekitar empat tahun lalu.

“Kondisi lingkungan yang bersih, asri, dan hijau juga turut berpengaruh pada peningkatan kualitas belajar. Dalam beberapa tahun terakhir, SMA Negeri 2 selalu menjadi salah satu sekolah dengan hasil ujian nasional terbaik,” ujar Wing.

Taman tematik

Ridwan Kamil memang memberi perhatian besar dalam upaya revitalisasi taman yang berjumlah sekitar 604. Sejak 2013, telah dibentuk 24 taman tematik.

Pemerintah Kota Bandung mengalokasikan anggaran sekitar Rp 6 miliar per tahun bagi Dinas Pemakaman dan Pertamanan untuk penataan taman. Sejumlah taman yang telah direvitalisasi menjadi taman tematik di antaranya Taman Alun-alun, Taman Film, Taman Fotografi, dan Taman Musik.

Upaya revitalisasi taman untuk mempertahankan ruang terbuka hijau (RTH) dan membuka ruang publik. Kondisi itu membuat lebih banyak warga berinteraksi hingga pada akhirnya meningkatkan indeks kebahagiaan bagi warga kota.

Jalur pedestrian di Kota Bandung juga ditata, sebagaimana di Jalan RE Martadinata (Jalan Riau). Trotoar ditambah bangku hias dan tanaman khas berdaun merah kastuba asal Meksiko, yang digantung di pohon-pohon pelindung di pinggir jalan.

Keberadaan taman tematik itu kini pun menjadi destinasi wisata yang murah meriah karena gratis, tapi tetap elok dan nyaman untuk dinikmati.

Untuk lebih menarik perhatian warga, taman tematik dipercantik sedemikian rupa, seperti Taman Vanda di Jalan Merdeka, dan Taman Cikapundung River Spot. Letak kedua taman berdekatan dengan bangunan bersejarah.

Taman Vanda berdekatan dengan bangunan cagar budaya Gedung De Javasche Bank Agentschaap Bandoeng, yang dibangun tahun 1915-1918, dan kini menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jabar dan Banten). Taman Vanda dibuka bertepatan dengan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 24 April 2015 di Kota Bandung.

Taman Cikapundung River Spot didirikan di belakang Gedung Concordia di Jalan Asia Afrika, tempat Konferensi Asia Afrika tahun 1955 digelar.

Taman Vanda dan Cikapundung River Spot dilengkapi sarana hiburan air menari (dancing water), yakni air mancur yang menampilkan sejumlah bentuk diiringi musik dan lampu warna-warni. Atraksi air menari dimulai pukul 19.00.

“Saya suka singgah di Cikapundung River Spot setelah kerja. Melihat indahnya air yang menari-nari, rasa penat serasa hilang,” kata Haris (21), yang bekerja di toko mainan di Jalan Sudirman, Kota Bandung.

Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung Arif Prasetya S mengemukakan, berdasarkan hasil survei Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), indeks kebahagiaan warga kota itu sekarang skor 76. Skor ini tergolong tinggi dan poin tertinggi adalah dari indikator taman tematik.

(SAMUEL OKTORA)

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button