Kliping

Tanggul Laut Risaukan Warga

JAKARTA, KOMPAS — Warga Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, mempertanyakan rencana pemerintah membangun tanggul laut di sekitar tempat tinggal mereka. Sebab, selain menyulitkan dalam penambatan kapal, rencana itu minim sosialisasi sehingga membuat warga khawatir akan dampaknya.

 Warga  yang ingin melihat laut harus memanjat tanggul beton di pesisir Muara Baru, Jakarta Utara, Minggu (13/3). Tanggul laut Tipe A setinggi 3 meter lebih ini adalah  bagian dari program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang akan membentang di pesisir Jakarta sepanjang 95 kilometer, sebagai upaya menahan abrasi, juga turunnya muka tanah di Jakarta. Sejumlah warga yang bermukim di pesisir khawatir kehilangan tempat tinggal dengan adanya pembangunan tanggul ini.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS Warga yang ingin melihat laut harus memanjat tanggul beton di pesisir Muara Baru, Jakarta Utara, Minggu (13/3). Tanggul laut Tipe A setinggi 3 meter lebih ini adalah bagian dari program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang akan membentang di pesisir Jakarta sepanjang 95 kilometer, sebagai upaya menahan abrasi, juga turunnya muka tanah di Jakarta. Sejumlah warga yang bermukim di pesisir khawatir kehilangan tempat tinggal dengan adanya pembangunan tanggul ini.

Kamal Muara adalah daerah pesisir di ujung barat Jakarta. Daerah yang penduduknya sebagian besar nelayan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Tangerang, Banten.

Parman (30), Ketua RT 009 RW 004, menyampaikan, warga merasa cemas dengan rencana pembangunan tanggul laut tersebut. Terlebih lagi, isu adanya rumah warga yang harus dibongkar untuk memuluskan proyek menguat beberapa hari terakhir.

“Beberapa waktu lalu memang ada sosialisasi di kelurahan. Namun, infonya kurang jelas. Kami merasa waswas akan ikut terkena penertiban bangunan saat tanggul itu dibangun,” ucap Parman, Minggu (13/3).

Rencana pembangunan itu, tambahnya, tak disertai informasi detail terkait panjang, tinggi, dan lebar tanggul. Akhirnya, warga makin bertanya-tanya terkait program pembangunan ini.

Selain itu, lanjut Parman, keberadaan tanggul di pesisir akan menyusahkan dan merugikan nelayan. Para nelayan yang dulunya menambatkan perahu di bibir pantai yang berhadapan dengan rumahnya, akan kesulitan.

Warga lainnya, Hendra (38), mengatakan, sejumlah warga sebelumnya mendapatkan informasi pembangunan tanggul akan mengambil lahan selebar 35 meter. Meski demikian, setelah dikonfirmasi, lahan yang akan terpakai hanya 5 meter. “Warga besok juga akan ke DPRD untuk beraudiensi terkait hal ini. Kami ingin mendapat penjelasan yang detail terkait pembangunan tanggul ini,” ujarnya.

Tanggul laut Tipe A merupakan bagian dari megaproyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Tanggul ini adalah bagian pertama yang akan membentang sepanjang 95 kilometer (km), dari ujung Tangerang hingga Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Proyek ini dibangun Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan para pengembang pemilik hak reklamasi di pantai utara Jakarta.

Saat ini, tanggul sepanjang sekitar 2,1 km telah terbangun di wilayah Muara Baru, Penjaringan. Di lokasi yang tanggulnya sudah terbangun, pemandangan laut terhalang. Warga yang ingin memancing atau sekadar menikmati pemandangan harus memanjat tembok setinggi 3,5 m.

Menurut Lurah Kamal Muara Dwi Panji Forkiantoro, dari hitungan kasar rencana pembangunan, ada sekitar 150 keluarga di wilayahnya yang akan terdampak tanggul ini. “Kalau untuk warga, belum dilakukan sosialisasi. Sebab kini masih dalam pendataan warga yang terdampak. Kalau hitungan kasar, melihat dari trasenya, ada 150-an keluarga yang terkena. Namun, trase itu belum fix,” kata Panji. (JAL)

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button