Kliping

Banjir Masih Membahayakan

Genangan Berkurang di Kampung Pulo

JAKARTA, KOMPAS — Banjir luapan Kali Ciliwung di sejumlah tempat di Jakarta masih membahayakan warga. Hingga Rabu (9/3), sedikitnya satu warga ditemukan tewas dan tak kurang dari 700 jiwa mengungsi akibat banjir.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Sejumlah warga di bantaran Kali Ciliwung, Jakarta, terimbas banjir kiriman. Salah satunya terjadi di kawasan Kampung Melayu Kecil, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Selasa (8/3).
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Sejumlah warga di bantaran Kali Ciliwung, Jakarta, terimbas banjir kiriman. Salah satunya terjadi di kawasan Kampung Melayu Kecil, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Selasa (8/3).

Banjir terjadi pada Senin dan Selasa (8/3), yang dipicu luapan Kali Ciliwung akibat meningkatnya volume air di kawasan hulu di Bogor, Jawa Barat. Banjir ini merendam lebih dari 1.000 rumah warga di hilir Kali Ciliwung di Jakarta.

Tak kurang dari 700 jiwa di Gang Arus, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, terpaksa mengungsi. Sementara 1.300 jiwa lain di sejumlah lokasi di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan ikut terdampak banjir, tetapi memilih bertahan di rumah masing-masing.

Rabu, banjir mulai surut dari permukiman warga dan meninggalkan endapan lumpur tebal, terutama di kawasan bantaran Ciliwung yang belum dinormalisasi. Ketebalan lumpur mencapai 60 sentimeter (cm).

Pinjaman Online Baca juga: Erek erek 2d Bergambar Lengkap

Seperti di Gang Arus, setelah dua hari mengungsi, warga kemarin bahu-membahu menyingkirkan lumpur dari lingkungan tempat tinggal mereka. Warga mengatakan butuh bantuan teknis untuk menyingkirkan endapan lumpur ini.

“Kalau ada penyemprot air untuk menyingkirkan lumpur, itu akan membantu,” ujar Zammaloni dari Humas Kampung Siaga Bencana Cawang, Rabu.

Menurut Zammaloni, selama banjir berlangsung, lebih dari 700 jiwa di Gang Arus yang tersebar di enam rukun warga (RW) mengungsi sejak Selasa hingga Rabu pagi. Pada puncaknya, ketinggian banjir di area itu mencapai 3 meter.

Warga mengungsi ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cawang Kober. “Di area makam kami gelar tenda untuk pengungsi. Hingga Rabu pagi, satu per satu warga kembali ke rumah untuk membersihkan rumah mereka dari lumpur,” ucapnya.

Baca juga :  75 Tempat di Jakbar Berpotensi Jadi Cagar Budaya

Banjir Ciliwung juga meminta korban jiwa. Seorang warga Bidaracina, Riyan (17), tewas hanyut terbawa arus kali itu saat membantu evakuasi warga. Jasadnya ditemukan Selasa malam tersangkut di pohon, sekitar 200 meter dari lokasi terakhir ia terlihat.

Ketua RW setempat, Toto Sukamto, mengatakan, Riyan hanyut bersama lima warga yang tengah dievakuasi karena tembok tempat mereka berpegangan mendadak jebol. Lima warga yang diselamatkan itu selamat, tetapi Riyan tewas.

Kepala Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Dinas Sosial DKI Syahrul mengatakan, total lebih dari 2.000 jiwa warga Jakarta terkena dampak banjir selama Ciliwung meluap. Area yang terendam, selain Cawang dan Bidaracina, adalah Rawajati dan Tebet di Jakarta Selatan.

Menurut Miftah dari Humas Dinas Sosial DKI, warga permukiman di bantaran kali yang belum dinormalisasi diperkuat dengan program Kampung Siaga Bencana (KSB). Total ada 30 KSB yang tersebar di sejumlah bantaran kali di Jakarta. “Ini sebagai upaya memberdayakan sekaligus melindungi warga saat menghadapi bencana,” jelas Miftah.

Banjir berkurang

Kawasan permukiman Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, yang tengah dalam proses pembangunan normalisasi Kali Ciliwung, juga masih terendam banjir. Namun, ketinggian banjir berkurang dibandingkan sebelum kawasan itu dinormalisasi dengan diturap dan dibentengi tembok beton setinggi 2 meter.

Selama Ciliwung meluap, Selasa, limpasan air sempat merendam Kampung Pulo dengan ketinggian 5-100 cm. Sebelum kawasan itu dibangun, ketinggian banjir mencapai 3 meter.

Di Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, rumah warga terkepung banjir karena tertutupnya saluran drainase yang diuruk untuk pembangunan perumahan Serpong Jaya.

Pemilik rumah, Devi Basuki (38) dan S Rodang Baskoro (49), Rabu, mengatakan, ketinggian air sempat mencapai 1 meter dan mengotori air sumur. Di samping rumah, tanah urukan lebih tinggi daripada tembok pagar yang tingginya sekitar 2 meter.

Baca juga :  Infrastruktur Lebih Siap Hadapi Banjir

“Sebelah pagar itu seharusnya ada selokan besar yang lebarnya 1 meter. Jembatannya masih terlihat karena dulu di sini area pemancingan,” kata Devi.

Rodang mengungkapkan, pelaksana proyek perumahan itu, PT Primainti Permata, telah membuat sodetan, Senin lalu, sehingga air bisa mengalir ke sungai. Namun, air tak bisa benar-benar habis.

Sekretaris Dinas Bina Marga dan Tata Air Tangeranng Selatan Judianto mengaku belum menerima laporan soal itu. Namun, ia menegaskan, pada prinsipnya, pembangunan perumahan atau apa pun harus memperhatikan lingkungan di sekitarnya.

(MDN/IRE/DEA/UTI)

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button