Kliping

Mereka yang Berjuang Merawat Selokan Jakarta…

Merawat selokan bukan hal mudah di Jakarta yang padat hunian. Padahal, selokan yang terganggu akan memicu genangan air yang bisa menghambat ribuan warga beraktivitas. Petugas-petugas berseragam oranye ini pun rela mengorek selokan dengan tangan kosong demi kebaikan kota ini.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum membersihkan saluran air di Jalan Majapahit, Jakarta Pusat, Kamis (11/2). Kerja keras mereka telah berhasil mengatasi banjir dan genangan air yang biasanya merendam sejumlah ruas jalan di Jakarta.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum membersihkan saluran air di Jalan Majapahit, Jakarta Pusat, Kamis (11/2). Kerja keras mereka telah berhasil mengatasi banjir dan genangan air yang biasanya merendam sejumlah ruas jalan di Jakarta.

Kiranya bukan sulap jika Jalan DI Panjaitan, yang lebih dikenal sebagai jalan Bypass di kawasan Cawang, Jakarta Timur, belakangan ini tak lagi mudah tergenang air saat hujan. Selama musim hujan ini, tak lagi ditemukan genangan tinggi ruas jalan tersebut. Kalaupun ada genangan, dalam hitungan menit langsung surut.

”Saya heran, sekarang, kok, tak ada genangan lagi di Jalan DI Panjaitan. Biasanya jalan itu paling parah,” kata Bara (39), warga Bekasi, yang setiap hari melintasi Jalan DI Panjaitan menuju kantornya di Jalan Gatot Subroto, Kamis (3/3).

Musim hujan tahun lalu, ruas jalan tersebut masih jadi langganan banjir, dengan ketinggian genangan sampai 80 sentimeter.

Orang-orang seperti Hasbullah (40) dan Abdul Muthalib (34) turut berjasa membuat genangan di sepanjang jalan itu hilang. Berbekal cangkul, linggis, sapu lidi, dan penyerok sampah, dua petugas Pemelihara Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, itu membuka tali-tali air di sepanjang jalan tersebut. Selama ini, saluran-saluran penghubung kecil itu hilang tertimbun sampah, puing bangunan, dan endapan lumpur. ”Sepertinya selama ini memang tidak pernah dirawat tali-tali air itu,” kata Hasbullah.

Tak ada teknik khusus yang dilakukan Hasbullah dan Muthalib untuk membuka tali-tali air itu. Mereka mengerok endapan lumpur dan memperbaiki saluran sehingga air dari jalan dapat mengalir lagi ke selokan.

Sumber masalah genangan itu pada mulanya ditemukan Lurah Cipinang Cempedak Sudarna. Dari hasil pemantauannya selama Desember 2015 ditemukan banyak tali air yang hilang dan rusak. Akibatnya, saat hujan, air di jalan tak dapat mengalir ke selokan.

Menurut Sudarna, genangan di jalan itu juga disumbang dari limpahan air yang datang dari saluran Jalan Tol Wiyoto Wiyono yang melayang di atas Jalan DI Panjaitan.

Hasbullah dan Muthalib adalah dua dari 47 petugas PPSU di Cipinang Cempedak, dan bertugas menjaga kebersihan di sepanjang Jalan DI Panjaitan di kawasan Cawang.

Tak pernah habis

Setiap hari, kata Hasbullah, dirinya harus membersihkan tali-tali air dari timbunan sampah. Tiga hari sekali dia dan Muthalib nyemplung ke dalam selokan sedalam hampir 2 meter untuk mengangkut sampah. ”Sampah di sepanjang jalan ini tak pernah habis,” katanya.

Dua petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) membersihkan taman yang tertimbun dedaunan bekas pohon yang dipangkas di Jalan DI Panjaitan, kawasan Cawang, Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (3/3). Timbunan dedaunan itu dibersihkan karena di bawahnya terdapat tali air atau saluran air tempat aliran air dari jalan ke selokan. Pembersihan itu sangat vital untuk mengurangi genangan di jalan.
KOMPAS/MADINA NUSRATDua petugas Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) membersihkan taman yang tertimbun dedaunan bekas pohon yang dipangkas di Jalan DI Panjaitan, kawasan Cawang, Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (3/3). Timbunan dedaunan itu dibersihkan karena di bawahnya terdapat tali air atau saluran air tempat aliran air dari jalan ke selokan. Pembersihan itu sangat vital untuk mengurangi genangan di jalan.

Hampir setiap hari, menurut Muthalib, ada saja pengendara yang membuang sampah di jalan. Mulai dari tisu, botol plastik, hingga puntung rokok, yang dibuang begitu saja dari mobil dan motor. Bahkan, dia tak sekali melihat pengendara sengaja menepi untuk membuang sampah rumah tangga di taman.

Tumpukan sampah di selokan juga ditemukan petugas PPSU di Rawa Buaya, Jakarta Barat. Seorang petugas PPSU, Rajito (45), hingga Kamis tengah hari masih sibuk berkubang dalam lumpur hitam di dalam selokan selebar 1 meter.

Panasnya cuaca siang itu memaksanya melepas masker yang semula terpasang di wajahnya. Bau busuk dan cipratan lumpur tak lagi dia hiraukan. Dia sangat bertanggung jawab karena sudah mendapat upah sekitar Rp 3,1 juta per bulan untuk kerja delapan jam per hari.

Di dalam selokan, Rajito menemukan berbagai jenis sampah, terutama plastik dan lumpur. Setelah dibersihkan, endapan lumpur itu menggunung.

Deden Ridwan (52), mandor PPSU Rawa Buaya, mengatakan, terkadang ia harus merayap ke dalam saluran untuk membersihkan sampah. Ia pernah dipatuk ular di dalam saluran gorong-gorong. Beruntung, luka di tangannya itu tidak parah. Ia segera berobat ke dokter dan mendapatkan pertolongan.

Gorong-gorong atau saluran air di bawah jalanan di Jakarta itu memang seperti rimba belantara. Menurut Hasbullah dan Deden, ada beragam jenis sampah di saluran itu.

Selama ini, petugas PPSU hanya dapat membersihkan sampai di bibir saluran karena tak bisa menjangkau lebih jauh ke dalamnya. ”Sepertinya harus pakai alat untuk masuk sampai ke dalam gorong-gorong, karena saluran itu dalam dan gelap sekali,” kata Hasbullah.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berterima kasih atas kerja para pekerja harian lepas (PHL) dan PPSU dalam turut mencegah banjir di Jakarta. Menurut dia, keberadaan petugas selama 24 jam di lapangan signifikan mengurangi genangan. Mereka menyisir kawasan ketika hujan turun, siang malam, lalu mengidentifikasi dan cepat mengatasi penyebabnya.

Menurut Sudarna, permasalahan genangan juga disebabkan oleh gorong-gorong yang kini umumnya tak dapat mengalirkan air dengan lancar.

Ahli hidrologi Institut Pertanian Bogor, Hidayat Pawitan, berpendapat, langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengerahkan PPSU untuk membersihkan saluran merupakan langkah awal yang baik. Namun, Hidayat mengingatkan, untuk menjadi kota yang maju, Jakarta harus membangun sistem drainase yang terintegrasi, termasuk pengelolaan airnya, sehingga air yang dibuang ke muara itu sudah tidak mencemari. (MKN)

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button