Kliping

Jakpro Didorong Memulai Proyek

LRT di Cibubur-Cawang Sesuai Jadwal

JAKARTA, KOMPAS — PT Jakarta Propertindo, badan usaha milik DKI Jakarta, dinilai sudah tidak memiliki hambatan secara hukum dan teknis untuk memulai pembangunan infrastruktur kereta ringan. Oleh karena itu, Jakpro didorong segera memulai proyek, setidaknya fase 1, agar rampung tepat waktu.

Proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) fase 1 adalah koridor Asian Games 2018 dengan rute antara Rawamangun, Kelapa Gading, dan Stasiun Kota sepanjang 20 kilometer. Rute ini menghubungkan beberapa titik arena pertandingan Asian Games. Melewati Rawamangun karena di kawasan itu ada arena sepeda. Lalu menuju Kelapa Gading karena ada arena berkuda di Pulomas. Terakhir, menuju Stasiun Kota melewati Kemayoran karena ada perkampungan atlet.

Untuk melaksanakan proyek itu, berdasarkan rapat bersama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Kejaksaan Agung, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Kementerian Perhubungan, serta badan usaha milik negara dan daerah, Rabu (2/3), PT Jakpro dinilai tidak menghadapi problem hukum dan teknis.

Secara hukum, Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di DKI Jakarta dinilai cukup sebagai payung. Sementara dari sisi teknis, BUMD yang ditunjuk Gubernur DKI Jakarta sebagai pelaksana ini bisa melakukan penunjukan langsung serta bekerja sama dengan BUMN atau badan usaha lain yang kompeten.

Sekretaris Perusahaan PT Jakpro Ahmad Hidayat, Kamis (3/3) malam, menyatakan, pihaknya tidak ingin melangkah tanpa payung hukum dan aturan main yang jelas. “Terutama terkait implementasi pergubnya (peraturan gubernur),” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DKI Jakarta Tuty Kusumawati menyatakan, Pemprov DKI telah menerbitkan pergub turunan Perpres No 99/2015. Akan tetapi, berdasarkan rapat itu, draf pergub perlu revisi terkait penunjukan PT Jakpro sebagai pelaksana utama yang bisa bekerja sama dengan BUMN, BUMD, atau badan usaha lain.

Menurut Tuty, ada perbedaan standar antara rancangan DKI Jakarta melalui Jakpro dan pemerintah pusat melalui PT Adhi Karya, khususnya soal karakter jalur dan kereta. Terkait itu akan ada pembahasan lanjutan.

Pilar-pilar dibangun

Untuk LRT yang menjadi tanggung jawab PT Adhi Karya, di rute Cawang-Cibubur, kegiatan fisik, yakni pembangunan pilar-pilar penyangga, tengah berlangsung. PT Adhi Karya memastikan pembangunan fisik sesuai dengan jadwal. Pembangunan pilar atau kolom penyangga untuk jalur kereta ringan itu terlihat di tepi Tol Jagorawi, kawasan Cibubur, Jakarta Timur, kemarin. Tampak alat-alat berat mengeruk tanah dan mengangkut material untuk pembangunan pilar yang dilakukan di atas tiang pancang.

Pembangunan prasarana LRT di bawah PT Adhi Karya tahap I meliputi tiga rute, yakni Cawang-Cibubur, Bekasi Timur-Cibubur, dan Cawang-Dukuh Atas sepanjang 42,1 kilometer. Saat ini, pembangunan di tahap I baru dilakukan di rute Cawang-Cibubur sepanjang 13,7 kilometer.

“Pembangunan masih on the track. Tidak ada kendala meskipun saat musim hujan,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Ki Syahgolang Permata, Kamis. Adapun di sejumlah titik, seperti di dekat Taman Mini Indonesia Indah, pemasangan tiang pancang masih berlangsung.

Sesuai dengan rencana pembangunan LRT oleh PT Adhi Karya, pembangunan pilar penyangga dilakukan seusai pemasangan tiang pancang atau paku bumi. Setelah pilar dibangun, dilanjutkan dengan pemasangan balok sebagai landasan rel dan fasilitas operasi.

Menurut Syahgolang, pembangunan prasarana LRT di rute Cawang-Dukuh Atas dan Bekasi Timur-Cawang akan dilakukan pada pertengahan 2016. Pembangunan LRT tahap I secara keseluruhan ditargetkan rampung pada pertengahan 2018.

Terkait dengan pembangunan LRT, warga berharap moda transportasi massal itu dapat segera beroperasi sehingga mampu mengatasi kemacetan. Dani (49), warga Cibubur, menilai kehadiran LRT akan membantu warga terhindar dari kemacetan.

Selama ini, Dani menggunakan kendaraan pribadi dari rumah menuju kantor di kawasan Kasablanka, Jakarta Selatan. Setiap hari, dia berangkat pukul 05.00 dan harus berjibaku dengan kemacetan hingga dua jam dalam perjalanan ke kantor. “Saat parah, macetnya bisa sampai tiga jam di jalan. Kalau ada kereta seperti LRT, kan, lebih cepat dan irit karena tidak perlu kena macet,” ucapnya.(ILO/HLN/MKN)

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button