Kliping

”Roller Coaster” Jalanan

Oleh: AGUS HERMAWAN

JAKARTA, KOMPAS – Ingin coba naik roller coaster di jalanan Ibu Kota? Bagi warga Jakarta pengguna angkutan umum, terutama metromini atau kopaja, pengalaman seperti itu nyaris setiap hari dilakoni.

Penumpang harus pegangan erat saat di dalamnya. Bus yang umumnya reyot itu akan meliuk-liuk, ugal-ugalan di tengah kemacetan di jalan.

Badan kita pun akan miring kiri-miring kanan sesuai manuver bus-bus ukuran sedang itu.

Jangan kaget. Sopir juga akan tiba-tiba menghentikan kendaraannya. Penumpang akan mendadak terentak dan terdorong ke depan.

Gerundelan, jeritan, atau makian kesal dari sebagian penumpang pasti terdengar. Namun, jangan harap mendapat perhatian.

Penumpang angkutan umum di Jakarta juga harus deg-degan. Alarm waspada harus tetap menyala.

Dompet, ponsel, dan benda berharga lainnya sebaiknya disembunyikan atau disimpan di tempat aman. Benda-benda berharga itu bisa dengan cepat berpindah tangan.

Sebagai pengguna angkutan umum, saya pernah beberapa kali mengalaminya. Pelaku biasanya lebih dari dua-tiga orang.

Kalaupun kita tahu persis siapa pencopetnya, begitu orangnya diperiksa, jangan harap barang kita masih ada. Dia sudah cepat berpindah tangan ke anggota komplotan lain.

Tak jarang, di antara mereka pura-pura membantu dan sok simpati. Sudah syukur kita tidak ditodong saat menjadi penumpang di angkutan umum sepi.

Saat jam sibuk alias peak hours hati penumpang juga harus lebih bersabar. Bukan hanya jadwal kedatangan angkutan umum yang tak tentu, melainkan penumpang yang dijejalkan ke dalamnya menjadi ciri angkutan umum di Jakarta.

Penumpang seperti ikan sarden adalah pemandangan biasa. Karena tidak ada pilihan lain, apa boleh buat. Mau terlambat tiba di kantor karena menunggu angkutan umum lowongan penumpang?

Jangan harap penumpang bisa memberi tahu kepada pengemudi agar menjalankan kendaraannya lebih tertib. Sudah pasti galakan sopirnya daripada yang mengingatkan.

”Mau nyaman, naik taksi saja,” begitu biasanya awak bus menjawab. Tertempel jelas di stiker yang biasa mereka pasang di busnya: ”Anda butuh waktu, kami butuh uang”.

Kejadian tabrakan antara metromini dan kereta commuterline yang menewaskan 13 orang di pelintasan dekat Stasiun Angke, Jakarta Barat, Minggu (6/12), kembali mengingatkan semua pihak.

Keberadaan metromini yang ditandai banyaknya armada tak layak jalan, sopir ugal-ugalan, dan sopir tembak mencerminkan masih buruknya angkutan umum Ibu Kota.

Jika tak segera dibenahi, akan menjadi kontradiktif dengan berbagai upaya Pemprov DKI meningkatkan pelayanan angkutan umum di Jakarta.

Gubernur Basuki Tjahaja Purnama sudah menawarkan para pemilik metromini bergabung dengan transjakarta.

Namun, rupanya hal itu tidak mudah. Bahkan ada di antara pemilik yang merasa ada upaya dari Pemprov DKI Jakarta untuk menghapuskan keberadaan metromini.

Perlu saling percaya di antara Pemprov DKI dan pemilik metromini bahwa dalam penataan angkutan umum tidak ada yang dirugikan.

Keuntungan bukan saja untuk mereka, melainkan seluruh warga Ibu Kota juga harus bisa menikmati pelayanan angkutan umum yang lebih baik.

sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2015/12/11/16055721/.Roller.Coaster.Jalanan

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button